Senin, 21 Mei 2012

Pencak Silat HPSI Gadjah Putih Mega Paksi Pusaka

Pencak Silat
HPSI Gadjah Putih Mega Paksi Pusaka
Ancab Cibatu Kampung Kondang Sari RW.04 Ds. Kertajaya Kec. Cibatu Garut

Pencak Silat HPSI Gadjah Putih Mega Paksi Pusaka

Pencak Silat
HPSI Gadjah Putih Mega Paksi Pusaka
Ancab Cibatu Kampung Kondang Sari RW.04 Ds. Kertajaya Kec. Cibatu Garut

Pencak Silat HPSI Gadjah Putih Mega Paksi Pusaka

Pencak Silat
HPSI Gadjah Putih Mega Paksi Pusaka
Ancab Cibatu Kampung Kondang Sari RW.04 Ds. Kertajaya Kec. Cibatu Garut

saresehan anggota distrik pakis



Kunjungan saresehan anggota distrik pakis garut hari minggu tanggal 20 mei 2012 ke tokoh sesepuh masyarakat bapak K.H sirojulmunir acara sangat berlangsung hidmat dan anggota pakis garut menanggapi dengan baik apa yang dibicarakan oleh KH sirojulmunir.

Sabtu, 19 Mei 2012

kunjungan kepaguron hpsi gajah putih mega paksi pusaka ranting cibatu



Kunjungan kepaguron hpsi gajah putih mega paksi pusaka ranting cibatu di kp kondangsari cibatu garut pimpinan bapak aceng pada tanggal 14 mei 2012, didalam kunjungannya beliau menyambut baik program pakis garut dan siap mendukung pakis untuk tetap eksis dalam membangkitkan seni dan budaya sunda dikabupaten garut,selain memperlihatkan seni pencak silatnya beliau juga memberikan tanda mata berupa koleksi kaset vcd yang didalamnya terdapat semua gerakan pencak silat yang dipimpin beliau, kami sebagai anggota pakis garut sangat terkesan atas sambutan dan kebaikannya
jadwal latihan: jumat,sabtu,minggu bada isya...
untuk informasi selengkapnya mengenai koleksi kaset vcd beliau dapat dilihat melalui blog ini.

kunjungan ketokoh pemuda




kunjungan ketokoh pemuda pecinta seni dan budaya sunda sekaligus ikhwan thoriqoh qodiriyah naqsabandiyah pondok pesantren suryalaya saudara edi ejo yang tinggal dipasar kulon desa ciburial leles garut pada tanggal 12 mei 2012 beliau menyambut baik tentang program pakis dan langsung bergabung untuk bersama sama membangkitkan seni dan budaya sunda melalui paguyuban kisunda garut

ngaliweut bareung (ciri budaya sunda)



ngaliweut bareung (ciri budaya sunda) setelah acara roadshow kepara sesepuh sunda dikabupaten garut yang dilakukan oleh para pengurus pakis distrik garut pada tanggal 11mei 2012 pukul 22.00 wib yang bertempat dibale-bale cikahuripan leles garut 

Senin, 14 Mei 2012

WAYANG GOLEK

WAYANG GOLEK
Pembuatan wayang golekWayang golek adalah salah satu kesenian khas tanah Sunda. Pada umumnya wayang golek masih dibuat secara tradisional oleh penduduk desa-desa tertentu di Jawa Barat.

Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat, yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun material. Hal demikian dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang golek.

Selain itu, karena ke khasanya wayang golek juga sering difungsikan sebagai sufenir / tanda mata khas tanah Sunda.

Harga wayang golek relatif murah, kisaranya sangat ditentukan oleh ketelitian dari ukiran / tingkat kesulitan dalam pembuatanya juga bahan bakunya. Menurun Mang Iin salah satu pengrajin Wayang golek dari daerah Rancakalong, Sumedang, untuk wayang dengan detail yang tidak terlalu rumit beliau bisa menyelesaikan 3-4 buah wayang sehari, sedangkan untuk wayang dengan detail / kualitas tinggi bisa membutuhkan waktu 3-4 hari untuk menyelesaikan sebuah wayang.

Pada umumnya wayang dibuat dari kayu albasia dipasarkan dengan kisaran harga Rp. 15.000 / unit lengkap dengan pakaian dan aksesoris. Sedangkan wayang kualitas lebih baik dengan menggunakan kayu mahoni dll. dipasarkan dengan harga Rp. 40.000 s/d Rp. 150.000 / unit.

www.indotravelers.com

Rumah Makan / Restaurant

Berikut daftar sebagian rumah makan / restaurant yang ada di Garut lengkap dengan alamat dan nomor telepon yang dapat anda hubungi :

RM Wan Sa Min A

Jl. A Yani No. 71, Phone : +62- 262 233932

RM MM I
Jl. Veteran No. 22, Phone : +62-262 237448


RM Matuh

Jl. Cimanuk No. 209, Phone : +62-262 235664

RM Garut

Jl. A Yani No. 113, Phone : +62-262 233604

RM Kedai Cita Rasa

Jl. Ciledug No. 62, Phone : +62-262 242051

Mie Baso Marjuki

Jl. Siliwangi No. 21, Phone : +62-262 ---

Mie Baso HP

Jl. A Yani No. 135, Phone : +62-262 233576

Mie Baso Mulangsari I

Jl. Siliwangi No. 9, Phone : +62-262 ---

RM Moro Seneng

Jl. Guntur No. 94, Phone : +62-262 233476

RM Panglayungan

Jl. Papandayan No. 115, Phone : +62-262 233107

RM Saudara

Jl. A Yani No. 134, Phone : +62-262 233576

Asia Toserba Cafetaria

Jl. A Yani No. 231563, Phone : +62-262 231563

RM Sari Cobek

Situ Cangkuang

RM Gandasari (Sambal Cibiuk Asli)

Jl. Raya Cibiuk, Phone : +62-262 ---

RM Cigangsa Lestari

Jl. Raya Cilawu, Cigangsa, Phone : +62-262 237817

RM Barokah

Jl. Raya Malangbong KM 65, Phone : +62-262 421030

RM Pananjung

Jl. Raya Limbangan No. 2, Phone : +62-262 131314

RM Sari Papandayan

Jl. Raya Cisurupan, Phone : +62-262 577632

RM Gudeg Jogja

JL. ESU No. 69, Phone : +62-262 237541

RM Sederhana

Jl. Cimanuk No. 615, Phone : +62-262 236911

RM Minang Meriah

Jl. Otista No. 281, Phone : +62-262 231082

Resto Pawon Daeng

Jl. Cimanuk No. 95, Phone : +62-262 233288

RM Sumber Rasa

Jl. Otista No. 89, Phone : +62-262 231779

RM Pujasega

Jl.  Otista No. 64, Phone : +62-262 233008

RM Ayam Goreng Garut
Jl. Otista No. 22, Phone : +62-262 231761

Kesenian Gesrek

Kesenian Gesrek
Berasal dari kampung Kamongan, disebut juga seni bubuang diri atau mempertaruhkan nyawa. Atraksi ini seperti debus yang dipertontonkan oleh pemain gesrek yaitu mempermainkan golok-golok yang tajam sambil mendemonstrasikan jurus-jurus silat, dipukul dengan bambu, berguling-guling atau berjalan di atas bara api. Pemain gesrek terdiri atas 10 orang pemain golok dan didukung oleh 4-7 orang yang bertugas menyediakan peralatan dan penjaga apabila ada orang yang mengganggu.

http://www.indotravelers.com

Kesenian Debus Garut

Kesenian Debus Garut
Debus di Garut kebanyakan berkembang di daerah pesisir selatan terutama di Pamengpeuk. Dulunya kesenian ini diciptakan oleh para penyebar agama Islam tujuanya untuk menarik masa dalam kepentingan menyebarkan agama, sebagai salah satu pembuktian bahwa tidak ada kekuatan lain yang lebih besar dari kekuatan Allah. Kesenian ini biasanya ditampilkan pada acara-acara besar tertentu saja, dan diiringi dengan instrumen musik pencak silat.


http://www.indotravelers.com

Kesenian Pencak Ular

Kesenian Pencak Ular
Merupakan kesenian tradisional dari Kec. Samarang. Pencak ular ini tidak jauh dengan kesenian pencak silat pada umumya. Hanya saja selain mendemonstrasikan jurus-jurus silat, sang pesilat juga membawa ular berbisa dalam atraksinya. Kelebihan lainya ialah pesilat bisa menjinakan ular-ular tersebut bahkan kebal terhadap gigitanya.

http://www.indotravelers.com

Kesenian Handro

Hadro adalah kesenian dari daerah Bojong, Kecamatan Bungbulang, berdiri pada tahun 1971. Kesenian ini dibawa oleh KH. Ahmad Sayuti dari kampung Singuru Kec. Samarang. Kesenian Handro merupakan gabungan dari lagu-lagu keagamaan yang diikuti dengan gerakan / jurus silat halus diiringi oleh instrumen rebana dan dong-dong.


http://www.indotravelers.com

Surak Ibra

Surak Ibra.
Boboyongan dengan nama lain surak ibra. Berdiri semenjak tahun 1910 di kampung Sindang Sari, Desa Cinunuk, Kecamatan Wanaraja. Kesenian ini diciptakan oleh raden Djadjadiwangsa putra Raden Wangsa Muhammad atau Pangeran Papak dalam rangka perjuangan melawan penjajahan dalam bentuk pagelaran kesenian dengan maksud menyindir kesewenang-wenangan terhadap pribumi. Kesenian ini ditampilkan oleh puluhan orang yang terdiri dari pemain angklung, dog-dog dan instrmen lainya serta beberapa penari. Pada puncak tarian salah seorang diantara mereka akan dilempar-lempar ke atas oleh pemain lainya sambil dikelilingi oleh pembawa obor dan pemain musik yang menyertainya. Sangat menghibur dan atraktif.
  http://www.indotravelers.com

Adu domba

Adu domba merupakan salah satu kesenian khas rakyat jawa barat yang cukup digemari, terutama di kalangan tradisional. Kesenian ini merupakan peninggalan leluhur yang masih bertahan eksistensinya hingga saat ini.

Pada intinya adu domba ialah ajang pamer ketangkasan hewan ternak yang pada akhirnya akan menaikan gengsi suatu perkumpulan ternak tertentu. Para pesertanya ialah peternak-peternak domba yang tersebar hampir di seluruh jawa barat, terutama daerah garut, sumedang, bandung, majalengka dan lainya. Event adu domba dilaksanakan setiap tahun dengan sistim kompetisi, hampir setiap bulan kegiatan ini dilaksanakan bergilir di daerah-daerah. Di bandung arena adu domba salah satunya terletak di lebak siliwangi (di samping lapangan olah raga SABUGA ITB).

setiap event adu domba selalu dipadati oleh penonton. Kegiatan ini juga memiliki gengsi yang cukup tinggi karena banyak tokoh-tokoh sunda yang juga merupakan penggemar sekaligus  pemiliknya, seperti Kang Ibing, Dll.

Hadiah yang diperebutkan juga tidak sembarangan, sebuah mobil atau motor adalah hal yang sudah biasa. Ini tidaklah mengherankan karena harga seekor domba adu bisa mencapai puluhan juta rupiah.

Seperti halnya pertandingan tinju, ajang ini juga dilengkapi oleh juri penilai, wasit dan pelatih domba yang ikut menari jaipongan setiap kali dombanya beraksi. Biasanya setiap pertandingan dibagi ke dalam dua ronde, dan masing-masing ronde terdiri dari sepuluh kali tumbukan kepala. Adu ketangkasan ini juga dibagi ke dalam kelas-kelas yang berbeda berdasarkan bobot domba petarung.

Ajang adu domba juga sering kali diselingi oleh atraksi pencak silat, juga musik tradisional. Ini menjadikan kegiatan sangat meriah dan menarik. Sayangnya peomosi yang masih bersifat internal di kalangan penggemar domba, menjadikan atraksi yang memiliki nilai wisata ini belum bisa menarik wisatawan asing dan mendatangkan devisa bagi daerah

Kesenian Lais Garut

Kesenian ini diambil dari nama seorang yang sangat terampil memanjat pohon kelapa bernama Laisan. Yang sehari-hari dipanggil Pak Lais. Lais ini sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda, tepatnya di kampung Nangka Pait, kecamatan Sukawening, Kabupaten Garut. Lais adalah kesenian akrobatik tradisonal dimana pemain utama bergelantungan, menari berputar-putar tanpa pengaman pada seutas tambang yang diikatkan pada dua batang bambu di kiri kananya sambil diiringi oleh musik pencak silat tradisional sunda serta dibumbui dengan cerita jenaka yang dibawakan oleh pemain-pemain lain.

 http://www.indotravelers.com/

Situs Ciburuy

Situs Ciburuy
Sekitar 17 Km dari Garut kota terletak di kampung Ciburuy, desa Pamalayan, Kec. Cigedung. Situs Ciburuy diperkirakan merupakan situs purbakala tertua di garut yang sudah ditata dan dikelola. Terdapat naskah kuno tentang pedoman hidup damai yang ditulis pada daun lontar dan nipah dan disimpan di bumo padaleman, juga senjata seperti keris, tumbak / tombak, trisula, kujang dan alat musik goong renteng yang merupakan cikal bakal kesenian degung disimpan di bale patemon. Untuk perbekalan terdapat leuwit atau lumbung padi. Upacara ritual di tempat ini dilaksanakan pada minggu ke tiga bulan Muharam pada malam kamis pukul 19:30 yang disebut upacara Seba.
http://www.indotravelers.com

Kawah Kamojang

Kawah Kamojang
Kawah kamojang merupakan objek wisata alam liar semenjak zaman penjajahan Belanda. Berada di tengah hutan belantara, pada ketinggian sekitar 2000 meter dari permukaan laut dengan kekayaan flora dan fauna yang sangat melimpah serta kekayaan sumber daya alam yaitu panas bumi yang dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga panas bumi terbesar di Asia. Wilayah ini terdapat di perbatasan antara Garut dan Bandung, namun lebih mudah dijangkau dari kota Garut.

http://www.indotravelers.com

Sancang

Sancang
Leweung sancang (hutan) dengan luas sekitar 2.500 Hektar dilegendakan sebagai tempat mangkatnya prabu siliwangi dan pengikutnya yang menurut kepercayaan masyarakat setempat menjelma menjadi pohon kaboa, sejenis pohon bakau. Kawasan ini sangat cocok untuk kawasan penelitian lingkungan hidup dan kehutanan dengan kelengkapan flora dan fauna tropis, juga cocok untuk wisata petualangan dan memancing.
http://www.indotravelers.com/

Karang Paranje

Karang Paranje
Merupakan sebuah batu karang tunggal yang menjulang di bibir pantai muara sungai Cicelang, sekitar 85 Km dari kota Garut. Karang ini sering digunakan untuk tempat pemancingan yang sangat mengasyikan.

 http://www.indotravelers.com

Kawah Papandayan

Kawah Papandayan
Gunung Papandayan memiliki ketinggian 2.638 m di atas permukaan laut merupakan gunung api yang masih aktif namun sangat aman untuk dikunjungi sampai ke bibir kawahnya. Gunung ini memiliki beberapa buah kawah yang dinamai kawah baru, kawah mas, kawah nangklak dan kawah manuk. Berjarak sekitar 29 Km di selatan kota Garut, objek-objek yang patut anda kunjungi di lokasi Gunung Papandayan antara lain Pondok saladah, tegal alun, tegal panjang, padang edelweis, dll.
www.indotravelers.com

Rancabuaya

Dengan karakteristik pantai selatan yang ganas karena langsung berhadapan dengan samudera hindia, namun sangat nyaman untuk dinikmati baik dari bibir pantai dengan aksesoris pelabuhan tradisional, maupun dilihat dari atas tebing dihiasi dengan ribuan burung walet. Berjarak sekitar 120 Km dari kota Garut, atau sekitar 4 jam perjalanan melalui Bungulang atau melalui Pamengpeuk. Fasilitas cukup lengkap untuk para petualang, seperti penginapan dan warung-arung makan, tetapi jangan mengharapkan penginapan mewah atau restautant mewah di tempat ini, karena semuanya masih terlihat sederhana, namun disinilah letak keeksotisanya.
http://www.indotravelers.com

Curug Neglasari

Curug Neglasari
 Air terjun ini terletak di perkebunan Neglasari. Keunikan curug ini ialah jatuhan airnya bertingkat-tingkat, sehingga memilik keindahan yang khas.

 http://www.indotravelers.com

Minggu, 13 Mei 2012

Pencak Silat - Rampak Remaja Putri

Pencak Silat
Rampak Remaja Putri
HPSI Gadjah Putih Mega Paksi Pusaka
Ancab Cibatu Kampung Kondang Sari RW.04 Ds. Kertajaya  Kec. Cibatu Garut
Pimpinan : Bpk. Aceng

Pencak Silat - Rampak Remaja Putra

Pencak Silat
Rampak Remaja Putra
HPSI Gadjah Putih Mega Paksi Pusaka
Ancab Cibatu Kampung Kondang Sari RW.04 Ds. Kertajaya  Kec. Cibatu Garut
Pimpinan : Bpk. Aceng

Pencak Silat - Ijen Anak Putri

Pencak Silat
Ijen Anak Putri
HPSI Gadjah Putih Mega Paksi Pusaka
Ancab Cibatu Kampung Kondang Sari RW.04 Ds. Kertajaya  Kec. Cibatu Garut
Pimpinan : Bpk. Aceng

Pencak Silat - Rampak Anak Putra

Pencak Silat
Rampak Anak Putra
HPSI Gadjah Putih Mega Paksi Pusaka
Ancab Cibatu Kampung Kondang Sari RW.04 Ds. Kertajaya  Kec. Cibatu Garut
Pimpinan : Bpk. Aceng

Pencak Silat - Rampak Anak Putri

Pencak Silat
Rampak Anak Putri
HPSI Gadjah Putih Mega Paksi Pusaka
Ancab Cibatu Kampung Kondang Sari RW.04 Ds. Kertajaya  Kec. Cibatu Garut
Pimpinan : Bpk. Aceng

Pencak Silat - Ijen Anak

Pencak Silat
Ijen Anak
HPSI Gadjah Putih Mega Paksi Pusaka
Ancab Cibatu Kampung Kondang Sari RW.04 Ds. Kertajaya  Kec. Cibatu Garut
Pimpinan : Bpk. Aceng

Pencak Silat - Ibing Rampak Anak Putra

Pencak Silat
Ibing Rampak Anak Putra
HPSI Gadjah Putih Mega Paksi Pusaka
Ancab Cibatu Kampung Kondang Sari RW.04 Ds. Kertajaya  Kec. Cibatu Garut
Pimpinan : Bpk. Aceng

Pencak Silat - Ibing Rampak Anak Putri

 
Pencak Silat
Ibing Rampak Anak Putri 
HPSI Gadjah Putih Mega Paksi Pusaka
Ancab Cibatu Kampung Kondang Sari RW.04 Ds. Kertajaya  Kec. Cibatu Garut
Pimpinan : Bpk. Aceng

Sabtu, 12 Mei 2012

karajinan kerang laut


pakaian tradisional sunda


gamelan sunda


dorokdok sapi + munding

jaket kulit

gantungan konci

Brodol (brownis dodol)

chocodot (coklat + dodol )

kaos oblong garut

karajinan awi

karajinan kulit

batu ali

serat haramay

kaén sutra

batik tulis garutan

minyak akar wangi

dodol garut

domba garut

jeruk garut

Laut Santolo

Santolo
Salah satu pantai paling populer di Garut, lokasinya sekitar 88 Km dari kota Garut. Tiba di pantai ini kita bisa langsung bersampan kecil menyebrangi muara untuk menuju ke pulau Santolo. Di tempat ini kita akan menjumpai pintu air peninggalan Belanda. Pantai ini berbentuk teluk. Keunikanya ialah permukaan pantai sebelah selatan lebih tinggi dari permukaan pantai sebelah utara, sehingga terbentuk curugan.
 http://www.indotravelers.com

Curug Cihangawar

Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 15 meter, terletak di kaki gunung Cikuray. Berjarak sekitar 15 Km dari kota Garut, bisa dicapai dengan menggunakan angkutan kota 06.
 
http://www.indotravelers.com

Arung jeram sungai Cikandang & Cimanuk.

Arung jeram sungai Cikandang & Cimanuk.
 Tidak banyak orang yang mengetahui bahwa Garut memiliki potensi wisata arung jeram yang sangat menantang dengan pemandangan yang sangat indah, tepatnya di dua sungai yaitu Cikandang dan Cimanuk.

 http://www.indotravelers.com

Ngamplang

Ngamplang
Ngamplang adalah resort wisata peninggalan kolonial Belanda dengan nama sinatorium Ngamplang dan pernah dikunjungi oleh Charlie Chaplin, Ratu Belanda, Perdana mentri Perancis serta para pejabat lainya. Saat ini Ngamplang berfungsi sebagai Golf Course 9 Hole dengan latar depan Garut kota dan latar belakang Gunung Cikuray.

 http://www.indotravelers.com

Curug Orok

Curug Orok
Curug / air terjun Orok terletak di perkebunan teh papandayan, air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 20 Meter. Keunikan air terjun ini ialah terdapatnya sungai sungai bawah tanah berair sangat bening. Curug Orok terdapat sekitar 35 Km dari kota Garut ke arah Bungbulang.

 http://www.indotravelers.com

Curug Citiis

Curug Citiis
Letaknya berdekatan dengan Cipanas, bisa dicapai dengan berjalan kaki ke sebelah utara sekitar 2 Km dengan jalan yang mendaki. Sumber air terjun ini berasal dari Gunung Guntur.

http://www.indotravelers.com

Candi Cangkuang

Candi Cangkuang
 Satu-satunya candi Hindu paling lengkap yang telah direstorasi di Jawa Barat peninggalan abad ke VII terletak di sebuah pulau di tengah danau / situ Cangkuang, dimana terdapat pula enam buah rumah adat yang dinamakan Kampung Pulo. Dengan rakit bambu anda menyebrangi Situ Cangkuang yang ditumbuhi teratai untuk mencapai Candi dan kampung Pulo. Dengan melewati sawah sejauh mata memandang , lokasinya hanya 16 Km dari Garut kota, atau sekitar 45 Km dari kota Bandung.

 http://www.indotravelers.com

Cipanas, kabupatén Garut

Cipanas
 Terletak 6 Km dari Garut tepatnya di kaki Gunung Guntur yang sensual, Cipanas merupakan resort wisata utama di Garut dengan pemandian air panas belereng paling bening di Indonesia. Dengan fasilitas resort, hotel dan restaurant berbagai kelas, kolam renang, kamar rendam, serta aksesibilitas yang sangat mudah menjadikan Cipanas sebagai objek unggulan di Garut.

www.indotravelers.com

Kampung Dukuh (Kabupaten Garut)

Kampung Dukuh (Kabupaten Garut) 

Lokasi: Desa Cijambe, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut. Jarak dari Kota Bandung sekitar 160 km ke arah selatan dan dari pusat pemerintahan Kab. Garut sekitar 101 km.

Batas Wilayah: Utara; Kampung Palasari Desa Karangsari, selatan; Kampung Cibalagagung Desa Cijambe, timur; Kampung Nangela Desa Karangsari, barat; Kampung Ciawi Desa Cijambe.

Sekilas: Awal mula Kampung Dukuh erat kaitannya dengan Syehk Abdul Jalil yang makamnya masih ramai diziarahi hingga kini, bukan hanya oleh penduduk kampung, melainkan juga orang-orang dari luar kampung yang berada di Madura dan Kalimatan Timur. Hal ini terjadi karena Kampung Dukuh dipercaya sebagai tempat memperoleh berkah.

Berdasarkan legenda setempat,Syehk Abdul Jalil berasal dari luar Kampung Dukuh. Diduga karena berselisih dengan atasannya di Sumedang, yang mungkin menyangkut mazhab agama, dia bersama pengikutnya pindah dan menetap di Dukuh.

Dalam Kawasan Kampung Dukuh terdapat 42 rumah dan bangunan mesjid. Di dalam Kampung Dukuh Dalam terdapat 40 KK serta 172 penduduk dan 70 KK untuk Kampung Dukuh Luar. Mata yang masih mematuhi Kasuaran Katuhun (tabu/nasehat leluhur) ini berpercaharian bertani, beternak, memelihara ikan dan usaha penggilingan padi. Beberapa upacara adat yang masih dilakukan penduduk adalah Moros, Ngahaturan Tuang, Nyanggakeun, dan lain-lain.

Kampung Pulo (Kabupaten Garut)

Kampung Pulo (Kabupaten Garut) 

Lokosi: Kampung Cijakar, Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut.

Batas wilayah: Utara; Desa Neglasari Kecamatan Kadungora, timur; Desa Karang Anyar dan Desa Tambak Sari Kecamatan Leuwigoong, selatan; Desa Margaluyu dan Desa Sukarame Kecamatan Leles, barat; Desa Talagasari Kecamantan Kadungora dan Desa Leles Kecamatan Leles.

Sekilas: Pada awalnya, Masyarakat Kampung Pulo beragama Hindu. Kemudian Embah Dalem Muhammad singgah ke daerah ini, saat dia terpaksa mundur karena mengalami kekalahan pada menyerangan terhadap Belanda. Kekalahan ini membuat dia tidak mau kembali ke Mataram karena malu dan takun kepada Sulat Agung. Dia beserta kawan-kawannya kemudian menetap didaerah Cangkuang yaitu Kampung Pulo dan mulai menyebarkan agama Islam pada daerah tersebut hingga wafat.

Sepeninggal Embah Dalem Arif Muhammad, di kampung tersebut dibuat enam rumah adat yang berjejer saling berhadapan, ditambah satu mesjid. Jumlah rumah tersebut tidak boleh ditambah atau dikurangi dan penduduk yang menempati pun tidak boleh lebih dari enam kepala keluarga.

Masyarakat kampung ini memegang aturan-atruan,antara lain, bentuk rumah, atap selamanya harus memanjang (jolopong); juga tidak boleh memelihara teranak besar berkaki empat, seperti kambing, sapi, kerbau dan lainnya; dilarang memukul goong besar; yang berhak menguasai rumah adat adalah wanita. Bagi anak laki-laki yang sudah menikah harus meninggalkan kampung. Masyarakat Kampung Pulo seluruhnya beragama Islam, tetapi mereka juga tetap melaksanakan sebagian ritus Hindu.

Kujang (Senjata Tradisional Orang Sunda)

Pendahuluan
Jawa adalah salah satu dari 5 pulau besar yang ada di Indonesia. Sebenarnya pulau ini tidak hanya merupakan “daerah asal” orang Jawa semata karena di sana ada orang Sunda yang berdiam di bagian barat Pulau Jawa (Jawa Barat). Mereka (orang Sunda) mengenal atau memiliki senjata khas yang disebut sebagai kujang. Konon, bentuk dan nama senjata ini diambil dari rasa kagum orang Sunda terhadap binatang kud hang atau kidang atau kijang yang gesit, lincah, bertanduk panjang dan bercabang, sehingga membuat binatang lain takut.

Apabila dilihat dari bentuk dan ragamnya, kujang dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu: (1) kujang ciung (kujang yang bentuknya menyerupai burung ciung); (2) kujang jago (kujang yang bentuknya menyerupai ayam jago); (3) kujang kuntul (kujang yang bentuknya menyerupai burung kuntul); (4) kujang bangkong (kujang yang bentuknya menyerupai bangkong (kodok)); (5) kujang naga (kujang yang bentuknya menyerupai ular naga); (6) kujang badak (kujang yang bentuknya menyerupai badak); dan (6) kudi (pakarang dengan bentuk yang menyerupai kujang namun agak “kurus”). Sedangkan, apabila dilihat dari fungsinya kujang dapat pula dibagi menjadi beberapa macam, yaitu: (1) kujang sebagai pusaka (lambang keagungan seorang raja atau pejabat kerajaan); (2) kujang sebagai pakarang (kujang yang berfungsi sebagai senjata untuk berperang); (3) kujang sebagai pangarak (alat upacara); dan (4) kujang pamangkas (kujang yang berfungsi sebagai alat dalam pertanian untuk memangkas, nyacar, dan menebang tanaman).

Struktur Kujang
Sebilah kujang yang tergolong lengkap umumnya terdiri dari beberapa bagian, yaitu: (1) papatuk atau congo, yaitu bagian ujung yang runcing yang digunakan untuk menoreh atau mencungkil; (2) eluk atau siih, yaitu lekukan-lekukan pada badan kujang yang gunanya untuk mencabik-cabik tubuh lawan; (3) waruga yaitu badan atau wilahan kujang; (4) mata[1], yaitu lubang-lubang kecil yang terdapat pada waruga yang jumlahnya bervariasi, antara 5 hingga 9 lubang. Sebagai catatan, ada juga kujang yang tidak mempunyai mata yang biasa disebut sebagai kujang buta; (5) tonggong, yaitu sisi tajam yang terdapat pada bagian punggung kujang; (6) tadah, yaitu lengkung kecil pada bagian bawah perut kujang; (7) paksi, yaitu bagian ekor kujang yang berbentuk lancip; (8) selut, yaitu ring yang dipasang pada ujung gagang kujang; (9) combong, yaitu lubang yang terdapat pada gagang kujang; (10) ganja atau landaian yaitu sudut runcing yang mengarah ke arah ujung kujang; (11) kowak atau sarung kujang yang terbuat dari kayu samida yang memiliki aroma khas dan dapat menambah daya magis sebuah kujang; dan (12) pamor berbentuk garis-garis (sulangkar) atau bintik-bintik (tutul) yang tergambar di atas waruga kujang. Sulangkar atau tutul pada waruga kunjang, disamping sebagai penambah nilai artistik juga berfungsi untuk menyimpan racun[2].

Sebagai catatan, terdapat beberapa pengertian mengenai kata pamor. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), pamor adalah: baja putih yang ditempatkan pada bilah keris dan sebagainya; lukisan pada bilah keris dan sebagainya dibuat dari baja putih. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:720) disebutkan bahwa pamor adalah baja putih yang ditempakan pada bilah keris dan sebagainya atau lukisan pada bilah keris dan sebagainya dibuat dari baja putih. Dalam Kamus Basa Sunda karangan Satjadibrata (1954:278) disebutkan bahwa pamor adalah “ngaran-ngaran gurat-gurat nu jiga gambar (dina keris atawa tumbak) jeung dihartikeun oge cahaya” yang artinya “pamor adalah nama garis yang menyerupai gambar (baik yang terdapat dalam keris ataupun mata tumbak) juga pamor dapat diartikan cahaya). Dalam bahasa Kawi, berarti campuran atau percampuran. Dan, dalam Enskilopedia Sunda, Alam, Manusia, dan Budaya (2000:400) disebutkan bahwa pamor adalah permukaan bilah keris yang dipercaya mengandung khasiat baik atau khasiat buruk. Pamor yang berkhasiat baik adalah pamor yang dapat memberi keselamatan kepada pemilik atau pemakainya. Sedangkan pamor yang berhasiat buruk adalah pamor yang membawa sial atau ingin membunuh musuh atau bahkan pemiliknya sendiri.

Selain itu, Ensiklopedia Sunda, Alam, Manusia, dan Budaya (2000:400) juga menyebutkan bahwa pamor berarti benda-benda yang berasal dari luar angkasa yang digunakan sebagai bahan pembuat kujang. Benda-benda luar angkasa dapat dibedakan menjadi: (1) meteorit, yaitu benda yang mengandung besi dan nikel yang bila dijadikan kujang akan berwarna putih keabu-abuan (pamor bodas). Pamor ini berkhasiat memberikan keselamatan; (2) siderit, yaitu benda yang hanya mengandung baja sehingga bila dijadikan kujang akan berwarna hitam (pamor hideung). Pamor ini biasanya berkhasiat buruk dan membahayakan; dan (3) aerolit, yaitu benda yang apabila telah dijadikan kujang akan berwarna kuning (pamor kancana).

Pamor yang terdapat pada senjata kujang diperkirakan berjumlah sekitar 87 jenis, yaitu: kembang pala, saleunjeur nyere, kenong sarenteng, malati sarenteng, padaringan leber, hujan mas, kemban lo, batu demprak, ngulit samangka, kembang lempes, malati nyebar, simeut tungkul, sinom robyong, beas mawur, baralak ngantay, sagara hieum, nuju gunung, rambut keli, mayang ligar, kembang kopi, tunggul wulung, kembang angkrek, tundung, sungsum buron, simbar simbar, sangga braja, poleng, ombak sagara, pulo tirta, manggada, talaga ngeyembeng, keureut pandan, tambal wengkon, huntu cai, bawang sakeureut, cucuk wader, gunung guntur, gajih, sanak, ngarambut, raja di raja, janus sinebit, kota mesir, lintang kemukus, kembang tiwu, sisit sarebu, tunggak semi, oray ngaleor, pari sawuli, sumur sinaba, selo karang, lintang purba, sumber, prabawa, pangasih, raja kam kam, riajah, bala pandita, pancuran mas, sumur bandung, adeg tilu, tangkil, kendagan, buntel mayit, kembang pakis, dua warna, karabelang, manggar, pandhitamangun suka, borojol, bugis, gedur, tunggak semi, tambol, tumpuk, sekar susun, huntu simeut, raja temenang, pulo duyung, bulan lima, pupus aren, wulan wulan, ruab urab, singkir ros tiwu, dan rante.

Pada zaman Kerajaan Pajajaran masih berdiri, orang yang ahli dalam membuat kujang disebut Guru Teupa. Dalam proses pembuatan sebilah kujang seorang Guru Teupa harus mengikuti aturan-aturan tertentu agar kujang dapat terbentuk dengan sempurna. Aturan-aturan tersebut diantaranya adalah mengenai waktu untuk memulai membuat kujang yang dikaitkan dengan pemunculan bintang di langit atau bintang kerti. Selain itu, selama proses pengerjaan kujang Guru Teupa harus dalam keadaan suci dengan cara melakukan olah tapa (puasa) agar terlepas dari hal-hal yang buruk yang dapat membuat kujang yang dihasilkan menjadi tidak sempurna. Dan, seorang Guru Teupa harus memiliki kesaktian yang tinggi agar dapat menambah daya magis dari kujang yang dibuatnya. Sebagai catatan, agar sebuah kujang memiliki daya magis yang kuat, biasanya Guru Teupa mengisinya dengan kekuatan gaib yang dapat bersifat buruk atau baik. Kekuatan gaib yang bersifat buruk atau jahat biasanya berasal dari roh-roh binatang, seperti harimau, ular, siluman dan lain sebagainya. Sedangkan kekuatan gaib yang bersifat baik biasanya berasal dari roh para leluhur atau guriyang.

Kelompok Pemilik Kujang
Konon, pada zaman Kerajaan Pajajaran masih berdiri, senjata kujang hanya boleh dimiliki oleh orang-orang atau kelompok-kelompok tertentu berdasarkan status sosialnya[3] dalam masyarakat, seperti: raja, prabu anom (putera mahkota), golongan pangiwa, golongan panengen, golongan agama, para puteri serta kaum wanita tertentu, dan para kokolot. Sedangkan bagi rakyat kebanyakan, hanya boleh mempergunakan senjata tradisional atau pakakas, seperti golok, congkrang, sunduk, dan kujang yang fungsinya hanya digunakan untuk bertani dan berladang.

Setiap orang atau golongan tersebut memiliki kujang yang jenis, bentuk dan bahannya tidak boleh sama. Misalnya, kujang ciung yang bermata sembilan buah hanya dimiliki oleh Raja, kujang ciung bermata tujuh buah hanya dimiliki oleh Mantri Dangka dan Prabu Anom, dan kujang ciung yang bermata lima buah hanya boleh dimiliki oleh Girang Seurat, Bupati Pamingkis dan Bupati Pakuan. Selain oleh ketiga golongan tersebut, kujang ciung juga dimiliki oleh para tokoh agama. Misalnya, kujang ciung bermata tujuh buah hanya dimiliki oleh para pandita atau ahli agama, kujang ciung bermata lima buah dimiliki oleh para Geurang Puun, kujang ciung bermata tiga buah dimiliki oleh para Guru Tangtu Agama, dan kujang ciung bermata satu buah dimiliki oleh Pangwereg Agama. Sebagai catatan, para Pandita ini sebenarnya memiliki jenis kujang khusus yang bertangkai panjang dan disebut kujang pangarak. Kujang pangarak umumnya digunakan dalam upacara-upacara keagamaan, seperti upacara bakti arakan dan upacara kuwera bakti sebagai pusaka pengayom kesentosaan seluruh negeri.

Begitu pula dengan jenis-jenis kujang yang lainnya, seperti misalnya kujang jago, hanya boleh dimiliki oleh orang yang mempunyai status setingkat Bupati, Lugulu, dan Sambilan. Jenis kujang kuntul hanya dipergunakan oleh para Patih (Patih Puri, Patih Taman, Patih Tangtu, Patih Jaba, dan Patih Palaju) dan Mantri (Mantri Majeuti, Mantri Paseban, Mantri Layar, Mantri Karang, dan Mantri Jero). Jenis kujang bangkong dipergunakan atau dibawa oleh Guru Sekar, Guru Tangtu, Guru Alas, dan Guru Cucuk. Jenis kujang naga dipergunakan oleh para Kanduru, Para Jaro (Jaro Awara, Jaro Tangtu, dan Jaro Gambangan). Dan, kujang badak dipergunakan oleh para Pangwereg, Pamatang, Panglongok, Palayang, Pangwelah, Baresan, Parajurit, Paratutup, Sarawarsa, dan Kokolot.

Sedangkan, kepemilikan kujang bagi kelompok wanita menak (bangsawan) dan golongan wanita yang mempunyai tugas dan fungsi tertentu, misalnya Putri Raja, Putri Kabupatian, Ambu Sukla, Guru Sukla, Ambu Geurang, Guru Aes, dan para Sukla Mayang (Dayang Kabupatian), kujang yang dipergunakan adalah kujang ciung dan kujang kuntul. Sementara untuk kaum perempuan yang bukan termasuk golongan bangsawan, biasanya mereka mempergunakan senjata yang disebut kudi. Senjata kudi ini berbahan besi baja, bentuk kedua sisinya sama, bergerigi dan ukurannya sama dengan kujang bikang (kujang yang dipergunakan wanita) yang langsing dengan ukuran panjang kira-kira satu jengkal (termasuk tangkainya).

Cara Membawa Kujang
Sebagai sebuah senjata yang dianggap sakral dan memiliki kekuatan-kekuatan magis tertentu, maka kujang tidak boleh dibawa secara sembarangan. Ada cara-cara tertentu bagi seseorang apabila ia ingin pergi dengan membawa senjata kujang, diantaranya adalah: (a) disoren, yaitu digantungkan pada pinggang sebelah kiri dengan menggunakan sabuk atau tali pengikat yang dililitkan di pinggang. Kujang-kujang yang dibawa dengan cara disoren ini biasanya adalah kujang yang bentuknya lebar (kujang galabag), seperti: kujang naga atau kujang badak; (b) ditogel, yaitu dibawa dengan cara diselipkan pada sabuk bagian depan perut tanpa menggunakan tali pengikat. Kujang-kujang yang dibawa dengan cara demikian biasanya adalah kujang yang bentuknya ramping (kujang bangking), seperti kujang ciung, kujang kuntul, kujang bangkong, dan kujang jago; (c) dipundak, yaitu dibawa dengan cara dipikul tangkaian di atas pundak, seperti memikul tumbak. Kujang yang dibawa dengan cara demikian adalah kujang pangarak, karena memiliki tangkai yang cukup panjang; dan (d) dijinjing, yaitu membawa kujang dengan cara ditenteng atau dipegang tangkainya. Kujang yang dibawa dengan cara seperti ini biasanya adalah kujang pamangkas atau kujang yang tidak memiliki kowak atau warangka.

Nilai Budaya
Pembuatan kujang, jika dicermati secara seksama, di dalamnya mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain: keindahan (seni), ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Nilai keindahan tercermin dari bentuk-bentuk kujang yang dibuat sedemikian rupa, sehingga memancarkan keindahan. Sedangkan, nilai ketekunan, ketelitian, dan kesabaran tercermin dari proses pembuatannya yang memerlukan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Tanpa nilai-nilai tersebut tidak mungkin akan terwujud sebuah kujang yang indah dan sarat makna. (pepeng)

Foto: http://www.geocities.com
Sumber:
http://uun-halimah.blogspot.com/2009/01/kujang-senjata-tradisional-orang-sunda.html

Nandang. 2004. Senjata Tradisional Jawa Barat. Bandung: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

R. Satjadibrata. 1954. Kamus Basa Sunda. Citakan ka-2. Djakarta: Perpustakaan Perguruan Kementerian P.P dan K.

Edi S Ekadjati (ed). 2000. Ensiklopedi Sunda. Jakarta: Pustaka Jaya

Kamus Umum Basa Sunda. 1975. Bandung: Ternate.

[1] Mata pada kujang melambangkan Mandala, yang menurut agama Sunda Wiwitan adalah merupakan “dunia” yang akan dilalui oleh setiap manusia, yaitu: Mandala Kasungka, Mandala Parmana, Mandala Kama, Mandala Rasa, Mandala Seba, Mandala Suda, Jati Mandala, Mandala Sama dan Mandala Agung. Pada masa Kerajaan Pajajaran jumlah mata pada sebilah kujang bergantung pada status pemiliknya. Misalnya, kujang yang bermata sembilan hanya dimiliki oleh Raja, kujang yang bermata tujuh hanya dimiliki oleh Mantri Dangka dan Prabu Anom, dan kujang yang bermata lima hanya dimiliki oleh Girang Seurat, Bupati Pamingkis, dan Bupati Pakuan.

[2] Racun yang digunakan untuk menambah khasiat atau tuah sebuah kujang biasanya terbuat dari peurah atau “bisa binatang” dan getah tumbuh-tumbuhan. Peurah biasanya diambil dari ular tiru, ular tanah, ular gibug, dan kala jengking kalajengking. Sedangkan getah tumbuhan biasanya diambil dari akar leteh, geutah caruluk (enau), dan serbuk daun rarawea.

[3] Tingkatan status sosial dalam masyarakat Sunda pada masa Kerajaan Pajajaran, adalah sebagai berikut: (1) Raja; (2) Lengser dan Brahmesta; (3) Prabu Anom (putera mahkota); (4) Bupati Panekes dan Balapati; (5) Girang Seurat; (6) Bupati Pakuan dan Bupati Luar Pakuan; (7) Patih, Patih Tangtu, dan Matri Paseban; (8) Lulugu; (9) Kanduru; (10) Sambilan; (11) Jaro dan Jaro Tangtu; (12) Baresan, Guru, dan Pangwereg; dan (13) Kokolot.

Kamis, 10 Mei 2012

Calung

Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa) dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan memukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih).

kunjungan pengurus distrik garut keseni calung












kunjungan pengurus distrik garut keseni calung kp ciakar desa cangkuang kecamatan leles garut,yang dipimpin oleh bapak utus suherman sebagai sesepuh seni budaya calung,rakit,reog,kecapi suling

kunjungan pengurus distrik garut kekediaman ki dalang andi cahyana sunandar sunarya









Kunjungan pengurus distrik garut kekediaman ki dalang andi cahyana sunandar sunarya pada tanggal 11mei 2012 yang bertempat tinggal di kp harumansari kecamatan kadungora garut.Beliau salah seorang tokoh muda yang mendobrak dunia seni sunda khususnya wayang golek, dari hasil perbincangan beliau mendukung program kerja pakis garut dan beliau siap diminta pentas oleh pakis garut kapanpun
hurip sunda....