Seni Gesrek disebut juga Seni Bubuang Pati (mempertaruhkan nyawa). Bila
dikaji dengan teliti, seni Gesrek dapat dikatakan juga bersifat
religius. Dengan ilmu-ilmu, mantra-mantra yang berasal dari ayat Al
Qur?an pelaku seni ini bisa tahan pukulan, tidak mempan senjata tajam
atau tidak mempan dibakar. Demi keutuhan/mengasah ilmu yang dimiliki
pemain Gesrek perlu mengadakan pemulihan keutuhan ilmu dengan jalan
ngabungbang (kegiatan ketuhanan yang dilaksanakan tiap malam tanggal 14
Maulud) yaitu mengadakan mandi suci tujuh muara yang menghadap sebelah
timur sambil mandi dibacakan mantra-mantra sampai selesai atas bantuan
teman atau guru apabila masih ada. Jadi dengan adanya Seni Gesrek
kegiatan ritual bisa dilaksanakan secara rutin sebagai rasa persatuan
dan kesatuan sesama penggemar seni yang dirasa masih langka. Setelah
terciptanya Seni Gesrek timbul gagasan untuk mengkolaborasikannya dengan
seni yang berkembang juga di wilayah ini yaitu seni Abah Jubleg. Seni
ini dikatakan khowarikul adat (di luar kebiasaan) karena Abah Jubleg
dapat mengangkat benda yang beratnya lebih dari 1 (satu) kwintal dengan
menggunakan kekuatan gigi, dapat mengubah kesadaran manusia menjadi
tingkah laku binatang (Babagongan/Seseroan) dan memakan benda yang tidak
biasa dimakan oleh manusia.
Sumber : http://pariwisata.garutkab.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar